(by Aji)
Pernahkah kita memperhatikan tiga binatang kecil yaitu "semut, laba
laba dan lebah " ? Mungkin kita sependapat bahwa diantara ketiganya
semut lah yang paling rajin menghimpun makanan. Ia menghabiskan
waktu waktunya hanya untuk mengumpulkan makanan, sedikit demi
sedikit tanpa henti hentinya, terkesan sekilas sebagai mahluk rajin
Semut cenderung menghimpun makanan untuk persediaan, terkesan juga
ia rajin menabung !, walaupun pada kenyataannya usianya sendiri
tidak akan lebih dari masa waktu persediaan makanan yang
dihimpunnya. Namun "ketamakannya" sedemikan besar sehingga tak
jarang kita lihat semut yang berusaha dan sanggup memikul, membawa
sesuatu jenis makanannya yang mana ukurannya jauh lebih besar dari
ukuran badannya., walaupun belum tentu jenis bawaannya itu berguna
bagi dirinya, jadi asal bawa saja !
Lain halnya dengan laba laba, dengan profile yang menyeramkan dan
sarangnya atau rumahnya jelas bukan tempat yang aman bagi mahluk
lain, walaupun terlihat sarang laba laba itu indah dengan jalinan
yang simetri dan teratur juga umumnya sarang atau rumah laba laba
itu kebanyakan ditempatkan olehnya ditempat yang teduh .Pada
kenyataannya rumah atau sarang laba laba sangat rapuh ! Juga
sipenghuninya terkesan sebagai mahluk sabar, yaitu menunggu "tamu"
yang mampir kesarangnya. Apapun yang mampir atau singgah pada
sarangnya pasti akan disergapnya dan pasti mati. Kekejamannya itu
tidak sampai hanya sebatas itu, yakni jantannya selepas berhubungan
sex selalu dibunuh oleh betinanya.
Bagaimana dengan lebah ?, lebah sangat disiplin dan mengenal
pembagian kerja yang sangat baik, rumahnya atau sarangnya dibangun
dan ditata dengan baik yakni bersegi enam dan terbukti lebih kuat
dibandingkan dengan segi empat atau segi lima, juga sarangnya selalu
terjaga dari dari bahan bahan atau benda benda yang tidak berguna,
Kemudian yang dimakannyapun adalah dari sari bunga yang diolahnya
kemudian jadi madu dan lilin yang mana sangat bermanfat bagi
manusia. Ia hanya hinggap pada sari bunga dan memberi manfaat dan
menolong agar perkawinan putik dan sari bunga terjadi sehingga akan
menambah keasrian tanaman. Lebah tidak akan mengganggu bila tidak
diganggu, sengatnya hanya dipergunakan bila ia merasa terancam,
bahkan ternyata sengatannyapun dapat menjadi obat bagi penyakit
tertentu.
Pada kenyataannya sikap hidup manusia seringkali diibaratkan dengan
semut, laba laba atau lebah. Manusia berbudaya semut,senang
menghimpun dan menumpuk sesuatu berlebihan dan seringkali melewati
batas kenikmatannya, ia menggali ilmu tetapi tidak mengolahnya lebih
lanjut sehingga jiwanya tetap kering tidak berfaedah bagi
lingkungannya, ia menumpuk harta tanpa mengerti makna harta itu
sendiri, sehingga ia tetap saja seolah olah fakir, "aji mumpung"
adalah cara berpikirnya !
Manusia berbudaya laba laba tidak lagi butuh berpikir apa, dimana
dan kapan ia makan, tetapi yang ia pikirkan adalah "siapa hari ini
yang akan ia makan !" dan "apapun jenis makanan ia makan !".
Bangunan mental spritualnya lemah !, mudah hancur oleh tantangan
kehidupan dan oleh gangguan duniawi!
Sedangkan manusia yang berbudaya lebah jelas tidak akan mengganggu,
apalagi merusak, tidak akan sembarangan makan, makanannya sangat
tertentu dan baik "halalan tayiban", tidak pula menghasilkan sesuatu
yang sia sia selalu bermanfaat bagi sekelilingnya dimana dia berada,
dia tidak akan mampir atau singgah ditempat yang kotor dan maksiat
serta dia tidak akan menyebabkan kerusakan, keonaran, permusuhan
dimanapun dia bertempat tinggal atau singgah. Bangunan arsitektur
jiwa manusia yang benar adalah terdiri dari enam fundamen ,bagaikan
lubang pintu sarang lebah yang bersegi enam, yakni manusia yang
selalu mengamalkan secara konsekwen "6 Rukun Iman". Muhammad
Rasulullah SAW, pernah beramanat bahwa seorang "mukmin" itu hedaknya
seperti lebah. Bukankah dalam Alquran terdapat surat An Naml
(semut), An Nahl (lebah) dan Al Ankabuut (laba laba) ?
0 komentar