VIVAnews - Selama bertahun-tahun terakhir, ilmuwan memperkirakan bahwa Matahari akan mencapai solar maximum atau periode di mana lidah api dan bintik matahari akan mencapai aktivitas puncaknya di tahun 2012 mendatang. Namun belakangan, sejumlah kalangan memprediksi sebaliknya.
Dari tiga penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan, para pakar yakin bahwa siklus bintik matahari akan berkurang dan menuju ke masa nonaktif pertama sejak abad ke-17 lalu.
Menurut pakar dari National Solar Observatory (NSO) dan Air Force Research Laboratory, tanda-tanda yang sudah tampak adalah hilangnya aliran semburan api, bintik-bintik yang memudar, dan penurunan aktivitas di kawasan kutub Matahari.
“Ini merupakan temuan yang sangat tidak lazim dan tidak diduga-duga,” kata Frank Hill, Associate Director Solar Synoptic Network NSO, seperti dikutip dari News24, 16 Juni 2011.
Namun demikian, Hill menyebutkan, faktanya, ada 3 penelitian menggunakan pendekatan yang sangat berbeda terhadap Matahari, menyimpulkan satu hal yang sama. “Ini merupakan indikasi yang sangat kuat bahwa siklus bintik Matahari akan menuju ke hibernasi,” ucapnya.
Seperti diketahui, aktivitas Matahari cenderung naik turun setiap sekitar 11 tahun. Solar maximum dan solar minimum yang masing-masing menandai perbalikan kutub mangnet Matahari terjadi setiap 22 tahun.
Para pakar kini menganalisa apakah periode non aktif ini merupakan Maunder Minimum, yakni periode di mana Matahari jarang memunculkan bintiknya dan bisa berlangsung selama 70 tahun. Sebelum ini, Maunder Minimum pernah terjadi pada tahun 1645 sampai 1715 lalu.
“Jika perkiraan kami benar, ini mungkin akan menjadi solar maximum terakhir yang akan kita lihat dalam beberapa dekade ke depan,” kata Hill. “Itu akan mempengaruhi berbagai hal, mulai dari penjelajahan angkasa luar sampai ke perubahan iklim di Bumi,” ucapnya.
Hasil temuan ketiga penelitian yang berbeda itu sendiri diumumkan pada pertemuan tahunan Solar Physics Division dari American Astronomical Society di New Mexico, Amerika Serikat. (eh)
Sumber : http://teknologi.vivanews.com
0 komentar