2012/03/11

Penyakit mata katarak, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Namun bagaimana dengan glaukoma? Penyakit ini bisa menyebabkan kebutaan bagi penderitanya.

Penasaran, sejauh mana glukoma bisa menyebabkan kebutaan mata? Simak ulasan berikut.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia setelah katarak, biasanya terjadi pada usia lanjut. Di beberapa negara 2% penduduk usia diatas 40 tahun menderita glaukoma, dan di Indonesia glaukoma sebagai penyebab kebutaan yang tidak dapat dipulihkan.

Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan, sedangkan fungsi saraf mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak. Di otak bayangan akan digabungkan di pusat penglihatan dan membentuk benda (vision).

Dr. Donny V Istiantoro, SpM, Eye Suregon Jakarta Eye Center, menjelaskan bahwa gloukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebapkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina di belakang bola mata. Saraf cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memroses informssi penglihatan.

“Mengingat bahaya glaukoma yang awalnya tidak menimbulkan gejala, menyebapkan deteksi dini glaukoma ini sangat penting, sehingga perlu mengkonsultasikan ke dokter spesialis mata untuk mencegah penyakit ke fase lanjut,” ujar Donny.

Gejala dan penanganannya
Glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan cairan di dalam bola mata yang setelah sekian tahun dapat menimbulkan kerusakan pada saraf-saraf yang bertugas mengirimkan impuls-impuls saraf ke otak dan tak bisa diperbaiki. Buntutnya, penderita tidak bisa melihat sama sekali karena penyempitan lapang pandang progresif.

Para ahli belum dapat mengetahui penyebab sebagian besar glaukoma dan mereka juga belum tahu cara mengobatinya. Sebenarnya, apabila terdeteksi sejak dini, glaukoma dapat dikendalikan dan mencegah hilangnya penglihatan. Akan tetapi, penyakit ini harus terus dipantau seumur hidup.

Menurut para ahli dari MayoClinic, glaukoma dapat digolongkan menjadi dua bagian, yakni glaukoma kronis dan glaukoma akut. Sekitar 95% pengidap glaukoma mengalami gangguan kronis.

Glaukoma kronis ditandai dengan hilangnya penglihatan tepi 0secara berangsur-angsur. Glaukoma kronis sering berlangsung tanpa terdeteksi selama bertahun-tahun sehingga penderita bisa kehilangan sebagian besar pe nglihatan tanpa menyadarinya.

Satu-satunya cara mendeteksi glaukoma sejak dini adalah pemeriksaan mata secara berkala kepada dokter mata, setelah Anda mencapai usia 40 tahun.

Saat ini sudah tersedia berbagai jenis obat tetes mata yang bekerja untuk menurunkan tekanan mata, baik dengan meningkatkan pengeluaran cairan dari mata atau dengan menurunkan produksi cairan. Masing-masing memiliki efek samping.

Sementara itu, glaukoma akut memiliki gejala penglihatan buram, biasanya pada salah satu mata, melihat lingkaran cahaya (halo) di sekeliling lampu, nyeri pada mata, dan mata merah. Glaukoma akut lebih jarang terjadi dibandingkan glaukoma kronis. Sebagian besar penderita penyakit ini memiliki keabnormalan yang mungkin sudah terjadi sejak lahir.

Serangan glaukoma akut dapat terjadi mendadak atau terjadi sesudah ada serangan awal yang terjadi beberapa minggu atau bulan sebelumnya. Serangan itu seringnya muncul pada malam hari ketika cahaya remang-remang dan pupil membesar. Penglihatan Anda berubah menjadi kabur, mungkin akan terlihat lingkaran cahaya di sekeliling lampu, dan mata terasa nyeri.

Serangan glaukoma akut merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani di rumah sakit karena serangan tersebut bisa mengakibatkan hilangnya penglihatan dalam waktu beberapa jam atau hari setelah serangan. Jadi, mari mewaspadai serangan glaukoma, si penyebab kebutaan. [berbagai sumber/mor]

Sumber free counters

About Me

Perkenalkan saya seorang blogger pemula yang ingin berbagi informasi unik aneh dan menarik. Terimakasih sudah berkunjung dan semoga bermanfaat

0 komentar